Selasa, 11 Maret 2014

DAYA SAING INDONESIA DI DORONG DARI BANTAENG


Jakarta 10/3 – 2014. Jika kita mencermati potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sangat kontrakdiktif dengan kondisi yang ada di republik ini termasuk kemiskinan, pengangguran dan berbagai permasalahan bangsa yang lain.
Dekan Fakultas Ilmsu Sosial Politik (Fisip) Universitas Indonesia (UI), yang diwakili Manajer Riset dan Pengembangan Masyarakat Fisip UI Dwi Ardanariswari Sundrijo, S.Sos. MA mengatakan hal itu ketika membuka Konfrensi Nasional IV yang dihadiri seluruh Mahasiswa Fisip dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia, Auditorium Juwono Sudarsono Fisip UI Depok, Senin (10/3).
Dwi menyampaikan harapan kepada segenap peserta bahwa yang didiskusikan dalam konfrensi ini, tidak berakhir didalam ruangan saja akan tetapi dapat diimplementasi diberbagai segmen kegiatan, dimana mahasiswa dapat mengambil bagian dalam membangun Indonesia, termasuk dalam upaya mendorong daya saing yang saat ini Indonesia masih berada pada peringkat ke 38
Staf Ahli Kebijakan Luar Negeri dan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Kementrian Perdagangan, Ir Arlinda MA yang bertindak selaku key note speaker menyampaikan, saat ini Indonesia belum keluar dari permasalahan yang selama ini mewarnai rencana kerja pemerintah secara berjenjang.
Disisi lain, pemberlakuan ASEAN Community 2015, pada prinsipnya menjadi tantangan baru dalam upaya mendorong daya saing Indonesia. Karena itu, sangat diharapkan adanya aktor-aktor kreatif selaku penyelenggara negara baik dari pemerintah pusat, provinsi maupun Kabupaten/Kota 
Pada sesi diskusi ditampilkan dua narasumber yakni Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementrian Perindustrian Dra Euis Saedah MSc dan Drs Akmal Malik M.Si Dari Dirjen Otonomi Daerah Bidang Hubungan Antar Daerah dan Asosiasi Kementrian Dalam Negeri RI.
Sedangkan pembicara pembanding dari Pemerintah Kabupaten adalah Bupati Bantaeng Prof HM Nurdin Abdullah, M.Agr. 
Kedua narasumber mewakili pemerintah pusat sangat berharap, agar para kepala daerah dapat secara maksimal memanfaatkan segala potensi untuk mendukung daya saing Indonesia.
Keduanya menilai, apa yang dilakukan Bupati Bantaeng merupakan praktik cerdas untuk membangun Republik ini. Sebagai narasumber pembanding Nurdin dalam presentasenya yang banyak disambut aplause dari segenap mahasiswa peserta konfrensi.
Bupati dua periode yang memimpin wilayah berjarak 120 kilometer arah selatan Kota Makassar, Ibukota Provinsi Sulsel itu menggambarkan apa yang telah dilakukan selama membangun Bantaeng dalam 5 tahun pertama kepemimpinannya sehingga Bantaeng bangkit dari ketertinggalannya.
Menurut bupati yang juga guru besar Fakultas Kehutanan Unhas, Bantaeng pada 2008 termasuk dalam daftar 199 kabupaten tertinggal di Indonesia. 
Namun, dalam dua tahun kepemimpinannya yakni pada 2010, daerah berjuluk Butta Toa ini berhasil keluar dari daftar Kementerian Daerah Tertinggal tersebut.
Sebagai penutup pada sesi Confrency Plenary yang dipandu oleh moderator Muh Azis Muslim, S.Sos. M.Si.i, kepada para peserta di berikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan dan tanggapan.
Sebagian besar penanggap memberikan apresiasi, selain berharap agar muncul Nurdin-Nurdin baru di Indonesia, disisi mereka berharap pula agar Prof HM Nurdin Abdullah tidak berakhir mengabdikan diri sebagai Bupati Bantaeng saja. Para mahasiswa Fisip berharap, kiprah Nurdin pada level pemerintahan yang lebih tinggi. Demikian dilaporkan  Junaedi Bakri yang menyertai Bupati dalam konfrensi mahasiswa Fisip di Jakarta.(hms)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About