Jakarta 10/3 – 2014. Jika kita mencermati potensi sumber daya alam yang dimiliki
Indonesia sangat kontrakdiktif dengan kondisi yang ada di republik ini termasuk
kemiskinan, pengangguran dan berbagai permasalahan bangsa yang lain.
Dekan Fakultas Ilmsu Sosial Politik
(Fisip) Universitas Indonesia (UI), yang diwakili Manajer Riset dan
Pengembangan Masyarakat Fisip UI Dwi Ardanariswari Sundrijo, S.Sos. MA
mengatakan hal itu ketika membuka Konfrensi Nasional IV yang dihadiri seluruh
Mahasiswa Fisip dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh
Indonesia, Auditorium Juwono Sudarsono Fisip UI Depok, Senin (10/3).
Dwi menyampaikan harapan kepada
segenap peserta bahwa yang didiskusikan dalam konfrensi ini, tidak berakhir
didalam ruangan saja akan tetapi dapat diimplementasi diberbagai segmen
kegiatan, dimana mahasiswa dapat mengambil bagian dalam membangun Indonesia,
termasuk dalam upaya mendorong daya saing yang saat ini Indonesia masih berada
pada peringkat ke 38
Staf Ahli Kebijakan Luar Negeri dan
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Kementrian Perdagangan, Ir Arlinda MA yang
bertindak selaku key note speaker menyampaikan, saat ini Indonesia belum keluar
dari permasalahan yang selama ini mewarnai rencana kerja pemerintah secara
berjenjang.
Disisi lain, pemberlakuan ASEAN
Community 2015, pada prinsipnya menjadi tantangan baru dalam upaya mendorong
daya saing Indonesia. Karena itu, sangat diharapkan adanya aktor-aktor kreatif
selaku penyelenggara negara baik dari pemerintah pusat, provinsi maupun
Kabupaten/Kota
Pada sesi diskusi ditampilkan dua
narasumber yakni Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementrian Perindustrian
Dra Euis Saedah MSc dan Drs Akmal Malik M.Si Dari Dirjen Otonomi Daerah Bidang
Hubungan Antar Daerah dan Asosiasi Kementrian Dalam Negeri RI.
Sedangkan pembicara pembanding dari
Pemerintah Kabupaten adalah Bupati Bantaeng Prof HM Nurdin Abdullah,
M.Agr.
Kedua narasumber mewakili pemerintah
pusat sangat berharap, agar para kepala daerah dapat secara maksimal
memanfaatkan segala potensi untuk mendukung daya saing Indonesia.
Keduanya menilai, apa yang dilakukan
Bupati Bantaeng merupakan praktik cerdas untuk membangun Republik ini. Sebagai
narasumber pembanding Nurdin dalam presentasenya yang banyak disambut aplause
dari segenap mahasiswa peserta konfrensi.
Bupati dua periode yang memimpin
wilayah berjarak 120 kilometer arah selatan Kota Makassar, Ibukota Provinsi
Sulsel itu menggambarkan apa yang telah dilakukan selama membangun Bantaeng
dalam 5 tahun pertama kepemimpinannya sehingga Bantaeng bangkit dari
ketertinggalannya.
Menurut bupati yang juga guru besar
Fakultas Kehutanan Unhas, Bantaeng pada 2008 termasuk dalam daftar 199
kabupaten tertinggal di Indonesia.
Namun, dalam dua tahun
kepemimpinannya yakni pada 2010, daerah berjuluk Butta Toa ini berhasil keluar
dari daftar Kementerian Daerah Tertinggal tersebut.
Sebagai penutup pada sesi Confrency
Plenary yang dipandu oleh moderator Muh Azis Muslim, S.Sos. M.Si.i, kepada para
peserta di berikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan dan tanggapan.
Sebagian besar penanggap memberikan
apresiasi, selain berharap agar muncul Nurdin-Nurdin baru di Indonesia, disisi
mereka berharap pula agar Prof HM Nurdin Abdullah tidak berakhir mengabdikan
diri sebagai Bupati Bantaeng saja. Para mahasiswa Fisip berharap, kiprah Nurdin
pada level pemerintahan yang lebih tinggi. Demikian dilaporkan
Junaedi Bakri yang menyertai Bupati dalam konfrensi mahasiswa Fisip di
Jakarta.(hms)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar