Rabu, 10 Desember 2014

Bantaeng Butta Toa dan Arti Lambang Daerahnya



http://www.bantaengkab.go.id/foto_banner/Logokecil.jpg



Kabupaten Bantaeng pada masa lampau sebenarnya merupakan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh rajanya yang pertama bernama Mula Tau yang bergelar To Toa yang pada waktu itu nama kerajaannya adalah kerajaan Bantayan dengan dibantu oleh 7 pemimpin dari 7 kawasan kerajaan yang berada dikawasan yang dikuasai oleh Raja Mula Tau, tetapi banyak orang yang belum mengetahui daerah bantaeng sebelum terbentuk kerajaan adalah tempat yang seperti apa. Menurut sejarah yang telah dikumpulkan oleh beberapa peneliti atau sejarawan beserta buku-buku sejarah yang menuliskan tentang sejarah ini menyatakan bahwa bantaeng dulunya adalah tempat dimana ribuan bahkan jutaan darah para pejuang dan penjajah tertumpah, bantaeng juga merupakan tempat pembantaian dan pembuangan mayat-mayat manusia yang telah gugur di medan perang maupun korban penganiayaan dari berbagai wilayah di sejumlah kerajaan di sulawesi, sampai sampai bantaeng merupakan daerah yang di keramatkan dan setiap orang yang masuk kedalam kawasannya kadang tidak kembali lagi karena didalamnya penuh dengan bahaya yang tidak mampu diperkirakan oleh orang pada saat itu. Sebenarnya tanah bantaeng merupakan tanah paling tua dan paling banyak mempunyai sejarah dan silsilah, tetapi itu semua sedikit demi sedikit terlupakan dan hilang ditelan waktu dan disembunyikan oleh para raja yang memimpin bantaeng pada masa lampau, asal kata bantaeng sebenarnya adalah "Pembantaian" atau tempat pembantaian sehingga belanda pada saat menjajah wilayah tersebut memberikannya nama "Bonthain".
Pada masa Kerajaan Bantaeng rakyat dipimpin oleh seorang Raja dengan gelar Karaeng, yang mana pada saat itu memiliki kekuasaan yang sangat besar di daerah ini, ada beberapa karaeang yang pernah memerintah di daerah ini yaitu :
Bantayan pada awalnya sebagai Kerajaan yakni tahun 1254 - 1293 yang mana diperintah oleh Mula Tau yang bergelar To Toa yang memimpin Kerajaan Bantaeng yang terdiri dari 7 Kawasan yang masing diantaranya dipimpin oleh Karaeng, yaitu Kare Onto, Kare Bissampole, Kare Sinoa, Kare Gantarang Keke, Kare Mamampang, Kare Katampang dan Kare Lawi-Lawi, yang semua Kare tersebut dikenal dengan nama “Tau Tujua”
:
  1. Sesudah Mula Tau, maka Raja kedua yang memerintah yaitu Raja Massaniaga pada tahun 1293.
  2. Pada tahun 1293 - 1332 dipimpin oleh To Manurung atau yang bergelar Karaeng Loeya.
  3. Tahun 1332 - 1362 dipimpin oleh Massaniaga Maratung.
  4. Tahun 1368 - 1397 dipimpin oleh Maradiya.
  5. Tahun 1397 - 1425 dipimpin oleh Massanigaya.
  6. Tahun 1425 - 1453 dipimpin oleh I Janggong yang bergelar Karaeng Loeya.
  7. Tahun 1453 - 1482 dipimpin oleh Massaniga Karaeng Bangsa Niaga.
  8. Tahun 1482 - 1509 dipimpin oleh Daengta Karaeng Putu Dala atau disebut Punta Dolangang.
  9. Tahun 1509 - 1532 dipimpin oleh Daengta Karaeng Pueya.
  10. Tahun 1532 - 1560 dipimpin oleh Daengta Karaeng Dewata.Tahun 1560 - 1576 dipimpin oleh I Buce Karaeng Bondeng Tuni Tambanga.
  11. Tahun 1576 - 1590 dipimpin oleh I Marawang Karaeng Barrang Tumaparisika Bokona.
  12. Tahun 1590 - 1620 dipimpin oleh Massakirang Daeng Mamangung Karaeng Majjombea Matinroa ri Jalanjang Latenri Rua.
  13. Tahun 1620 - 1652 dipimpin oleh Daengta Karaeng Bonang yang bergelar Karaeng Loeya.
  14. Tahun 1652 - 1670 dipimpin oleh Daengta Karaeng Baso To Ilanga ri Tamallangnge.
  15. Tahun 1670 - 1672 dipimpin oleh Mangkawani Daeng Talele.
  16. Tahun 1672 - 1687 dipimpin oleh Daeng Ta Karaeng Baso ( kedua kalinya ).
  17. Tahun 1687 - 1724 dipimpin oleh Daeng Ta Karaeng Ngalle.
  18. Tahun 1724 - 1756 dipimpin oleh Daeng Ta Karaeng Manangkasi.
  19. Tahun 1756 - 1787 dipimpin oleh Daeng Ta Karaeng Loka.
  20. Tahun 1787 - 1825 dipimpin oleh Ibagala Daeng Mangnguluang Tunijalloka ri Kajang.
  21. Tahun 1825 - 1826 dipimpin oleh La Tjalleng To Mangnguliling Karaeng Tallu Dongkonga ri Bantaeng yang bergelar Karaeng Loeya ri Lembang.
  22. Tahun 1826 - 1830 dipimpin oleh Daeng To Nace ( Janda Permaisuri, Kr. Bagala Dg. Mangnguluang Tunijalloka ri Kajang ).
  23. Tahun 1830 - 1850 dipimpin oleh Mappaumba Daeng To Magassing.
  24. Tahun 1850 - 1860 dipimpin oleh Daeng To Pasaurang.
  25. Tahun 1860 - 1866 dipimpin oleh Karaeng Basunu.
  26. Tahun 1866 - 1877 dipimpin oleh Karaeng Butung.
  27. Tahun 1877 - 1913 dipimpin oleh Karaeng Panawang.
  28. Tahun 1913 - 1933 dipimpin oleh Karaeng Pawiloi.

    Dan Berdasarkan Perda No. 4/DPRD/1970
  • Bintang emas bersudut lima : Perlambang pancasila.
  • Setangkai bulir padi berbutir 45 : Lambang kehidupan Sosial (pangan), jiwa tahun proklamasi dan warna Kuning emas lambang keagungan dan kejayaan.
  • Serangkai susunan kapas, berdaun 17 dan berbuah 8 : Perlambang kebutuhan sandang bagi kehidupan sosial Masyarakatnya, 17 lembar daun dan 8 buah kapas Perlambang jiwa tanggal dan bulan proklamasi, sedang Warna putih dan hijau lambang kesucian dan kesuburan.
  • Seulas rantai emas berserangkai 59 berselang-seling bulat dan segi empat : Rantai perlambang perikemanusian, Dan hubungan antara manusia dan potensi alamnya. Nama "kabupaten bantaeng" yang dilukiskan dalam Lingkaran rantai mengandung arti : kedaulatan rakyat.
  • Mata rantai : Perlambang tahun terbentuknya daerah Kabupaten bantaeng yang berotonomi.Warna kuning emas : Perlambang dari keagungan dan kejayaan.
  • Kepala "Anoa" bertanduk runcing : Anoa, adalah sejenis hewan yang hidup khususnya dilereng Gunung Lompobattang, yang menggambarkan watak daripada masyarakat Kabupaten Bantaeng, yaitu tidak berkenan dijajah, sedang apabila kemerdekaannya diganggu, ia tetap melawan dengan menggunakan segala daya dan alat yang ada padanya perlambang sumber kekuatan dan sumber ispirasi yang diarahkan kepada tegaknya kebenaran dan keadilan.
  • Selembar daun kopi dan selembar daun kemiri : merupakan perlambang kesuburan tanah, dan produksi utama kopi dan kemiri sebagai sumber utama perekonomian rakyat. Warna hijau, melambangkan kesuburan tata kehidupan dan sifat kepahlawanan masyarakatnya.
  • Sebilah tombak : Tombak sebagai salah satu unsur kebudayaan daerah dengan nama tradisional "babba ejaya" (selubung merah), melambangkan sumber kekuatan dan keagungan masyarakat Kabupaten Bantaeng, untuk dijadikan alat bagi membela dan mempertahankan kedaulatan republikan indonesia sampai akhir zaman.
  • Puncak Gunung Lomppobattang : Gunung Lompobattang merupakan perlambang kekuatan / keagungan dan kesuburan tata perekonomian masyarakat Kabupaten Bantaeng dengan segala hasil-hasil alamnya yang melatarbelakangi perikehidupan sosial masyarakatnya.
(Diundangkan dalam Lambang Daerah Tingkat II Bantaeng No.3 seri D tanggal 18 juni 1976. disahkan oleh Mendagri dengan SK No. PEM 10/7/43-81 tanggal 5 maret 1976)

1 komentar:

 

Blogger news

Blogroll

About