Krisis
ekonomi Eropa yang mulai merebak sejak 2010 sampai sekarang belum jelas
kapan akan berakhir. Krisis ekonomi kawasan Eurozone yang dipicu oleh
besarnya utang pemerintah sebenarnya mulai mengakar sejak tahun 2000,
dimana rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan Eropa meningkat
signifikan. Rasio utang Yunani yang pada tahun 2000 hanya sebesar 77%
dari PDB nya, pada 2012 mencapai 170%, nilai ini diprediksi IMF akan
tumbuh menjadi diatas 180% pada tahun 2013. Meningkatnya utang negara
karena defisit anggaran yang terus berlanjut. Kondisi ini jelas
bertentangan dengan aturan Maastricht Treaty, dimana dinyatakan dalam
aturan ini bahwa utang negara tidak boleh lebih dari 60% dari PDB dan
defisit maksimal 3% dari PDB. Teorinya, jika melewati angka itu, akan
menciptakan ketidakstabilan ekonomi kawasan.
Parahnya
lagi, negara-negara lain di kawasan Eropa seperti Irlandia, Portugal,
Italia, Spanyol, bahkan Perancis juga mengalami kondisi yang hampir
sama. Rasio hutang Irlandia terhadap PDB saat ini mencapai 103%, padahal
di tahun 2000 hanya sebesar 36%. Begitu pula dengan Portugal dimana
rasio hutang pemerintahnya mencapai 113% di tahun 2012, dan di prediksi
oleh IMF akan mencapai 119% di tahun 2013. Besarnya utang negara di
kawasan Eurozone membuat Yunani, Portugal dan Irlandia kesulitan
membayar utangnya. Sehingga menimbulkan krisis ekonomi Eropa.
Para
pemimpin Eurozone telah mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan
kawasan tersebut dari krisis utang. Salah satu keputusan penting yang
diambil adalah dibentuknya European Stability Mechanism (ESM) pada 27
September 2012 dengan tujuan bailout negara anggota Eurozone yang
menghadapi kesulitan keuangan, dibantu oleh Troika (International
Monetary Funds, European Central Bank dan European Comission). Demikian
juga negara-negara Eurozone menyepakati penambahan dana siaga untuk
bailout, dari 500 miliar euro menjadi 800 miliar euro atau sekitar USD 1
triliun. Dana siaga ini tidak saja untuk membantu negara pengguna euro
yang tengah berjuang keras keluar dari krisis keuangan, seperti Yunani,
Irlandia dan Portugal, namun juga mengantisipasi negara lainnya yang
memerlukan bailout dari ESM.
Langkah-langkah penyelamatan kawasan Eropa lainnya adalah hair cut pembayaran obligasi Yunani kepada pihak swasta. Kalangan perbankan dan asuransi sepakat mengurangi piutang mereka ke Yunani sebesar 50%. Bagi Yunani, pengurangan utang obligasi dari pihak swasta itu sangat berarti, tidak saja bagi penyelamatan negara mereka dari krisis utang namun juga berguna bagi kawasan Eropa.
Langkah-langkah penyelamatan kawasan Eropa lainnya adalah hair cut pembayaran obligasi Yunani kepada pihak swasta. Kalangan perbankan dan asuransi sepakat mengurangi piutang mereka ke Yunani sebesar 50%. Bagi Yunani, pengurangan utang obligasi dari pihak swasta itu sangat berarti, tidak saja bagi penyelamatan negara mereka dari krisis utang namun juga berguna bagi kawasan Eropa.
Kebijakan
penyelamatan ekonomi Eropa lainnya adalah kesepakatan para pemimpin
Uni Eropa mengenai rekapitalisasi perbankan secara langsung. Dimana
bailout perbankan disuatu negara bisa dilakukan secara langsung dengan
menggunakan dana bailout Eropa yang ada. Untuk itu kawasan Euro juga
sepakat untuk menyatukan pengawasan perbankannya. Dengan demikian
penyelamatan pada bank-bank bermasalah di Eurozone tidak akan menambah
utang pemerintah, sehingga tidak menambah beban utang negara.
Selain
itu bailout dana untuk Yunani sebesar USD 56 milyar akhirnya disetujui
oleh IMF dan menteri keuangan Eurozone setelah melalui perdebatan yang
panjang. Para pemimpin UE berharap bahwa langkah-langkah ini akan
melindungi Yunani dengan demikian juga Eropa dari krisis ekonomi yang
berlarut-larut.
Meskipun
berbagai kebijakan sudah diambil namun besarnya utang negara kawasan
Eropa serta lambannya langkah-langkah reformasi ekonominya membuat
pemulihan ekonominya berjalan lamban. Bahkan memburuknya kondisi ekonomi
kawasan Eropa membuat lembaga pemeringkat menurunkan peringkat utang
negara-negara kawasan Eropa. Jerman pun yang paling kuat di Eropa oleh
Moody's diturunkan peringkatnya menjadi AAA negative outlook, serta
baru-baru ini S&P memberi peringkat surat utang Yunani ke Selective
Default. Hal itu menunjukkan bahwa krisis ekonomi Eropa masih belum
mereda.
Berbagai
perkembangan yang terjadi di Eropa hingga saat ini belum dapat
memberikan keyakinan bahwa krisis ekonomi Eropa akan segera dapat
diatasi. Meskipun sudah banyak langkah yang diambil untuk menyelamatkan
Eropa namun masa depan ekonomi Eropa masih belum jelas. Apalagi
reformasi ekonomi yang harus dijalankan berjalan lamban. Bahkan ada
kemungkinan Inggris akan keluar dari European Union. Ini semua
menunjukkan bahwa masih terdapat banyak masalah yang perlu diselesaikan
oleh Eropa. Oleh karena itu ekonomi dunia tahun 2013 masih akan banyak
disandera oleh “Eropa”, menimbulkan ketidak pastian pada masa depan
ekonomi dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar